Apakah kesendirian adalah kesakitan ?
Apakah kesepian adalah kesakitan ?
Apakah kesunyian adalah kesakitan ?
Jika memang bukan, namun kenapa hati ini terasa pedih. Maka sejatinya hanyalah air matalah yang mampu menjawab.
Mengingkari semuanya. mencoba berdiri tegak menantang semuanya. Namun ketika semua pergi, bulir bening itu yang meyakinkanku bahwa semua memang terasa sakit.
lidah terlalu kelu untuk memohon agar semuanya tetap disini. Terlalu malu untuk memohon untuk jagan diam, untuk jangan pergi.
Kamis, 06 Maret 2014
Rabu, 22 Januari 2014
Bumi Beratap Langit
Aku sudah semakin jauh berjalan dalam lorong waktuku. Bertemu dengan beragam wajah, beragam tingkah, dan beragam sifat. Menikmati setiap detik yang kujalani. Mengambil setiap keeping-keping cinta yang berhasil kukumpulkan di waktu laluku. Karena aku yakin selalu ada cinta disetiap waktu kita.
Hanya saja kita terlalu takut dengan “benda tak berwujud” itu namun sungguh hebat bila dirasakan. Rasanya terlalu tabu untuk menyentuhnya. Layaknya peninggalan prasejarah, yang cukuplah diletakkan dalam etalase kaca. Dia hanya perlu dipandang, tidak boleh untuk dipegang, bahkan mungkin dimiliki.
Benda biru ini bulat, tak pernah kita tahu dimana titik ujungnya. Apakah itu di Kutub Utara atau di Kutub Selatan ? aku saja tak pernah menginjakkan kaki disana.
Beribu macam spesies yang hidup di dunia ini. Semuanya hidup, menggunakan udara yang sama untuk bernafas,menggunkan tanah yang sama untuk di injak. Namun kenapa kita meyekat diri kita sendiri ?. Seorang bapak tua, aku lupa namanya, dia tidak pernah mandi selama 60 tahun, pernah berkata “aku bisa tinggal dimana saja, di gua, di pohon, di gurun. Karena bumi adalah rumahku dan langit adalah atapku”. Tak pernah ada sekat di hidupnya karena memang dia tidak pernah membuat sekat itu. Sedang kita ? sibuk membuat pagar-pagar yang terlalu tinggi. Seakan-akan dibalik pagar itu adalah dunia milik kita sendiri, yag orang tidak boleh ikut campur tangan, bahkan tidak boleh hanya sekedar melihat saja. Atau sampai ada yang membuat papan lalu digantung diantara tiang-tiang pagarnya “Jangan parkir didepan pintu !” atau “Awas anjing galak !”. betapa semakin menyeramkan bangunan dibalik pagar itu. Masih banyak bentuk-bentuk lain keegoisan kita pada bumi ini. Banyak tawa yang seharusnya bisa kita bagi. Karena cinta memang untuk dinikmati bersama. Bukan hanya berlaku pada sepasang cucu adam dan cucu hawa yang didasari pada sebuah hubungan dengan ikatan kepercayaan pada suatu perasaan yang mutual, yang menurut mereka bahwa takdir mereka adalah bersama. Kenikmatan yang sering mereka sebut dengan Dunia Ini Hanya Milik Kita Berdua. Mungkin kalau lah bisa bumi ini dipagar,maka akan segera bertengger papan-papan lain. Aku bukan ingin terlalu memuja Dewa Amor, hanya saja kenyataan di bumi ini membuat semua terasa sangat sempit. Bahwa sekarang kita merasa memang perlu membuat batas-batas itu. Batas-batas yang terlalu meisahkan kita, memisahkan aku dengan makhluk lain yang masih bernama manusia. Bahwa kita hanya boleh berinteraksi dengan sesama “kita”. Kita yang didalamnya di asaskan hanya pada sebuah persamaan dan membuang segala bentuk perbedaan yang ada. Perlahan-perlahan batas itu semakin tegas, semakin terpisah , tidak ada kita lagi, yang ada hanya sebuah Kami, sebuah kata lain bahwa tidak semua manusia bumi adalah kami. Aku yang terlalu baik untuk masuk dalam lingkaran kami. Aku yang tidak bisa untuk nurut pada semua peraturan. Aku punya takdir untuk manusia lain. Aku masih ingin bertemu dengan bentuk lain dari aku. Bukan hanya pada sebuah lingkarann tertutup diantara Kami. Terlau banyak toleransi yang tidak perlu kita buang. Terlalu banyak tawa yang seharusnya ditakdirkan untuk terlepas. Namun kita yang terlalu keras kepala untuk menggagalkannya. Kita buat batas-batas yang terlalu tinggi. Padahal tebing saja punya jembatan untuk tetap terhubung. Langit yang begitu tingginya masih mau menyapa bumi lewat hujannya. Ketika masih ada asas harga-menghargai maka sejatinya adalah omong kosong bila kita tetap berdiri dalam sekat itu. Bahwa fitrah manusia adalah hidup bersama dalam berbagai perbedaan. Bahwa agama adalah tetap agama. Tapi ketika hubungan hormat-menghormati masih berjalan, alangkah baiknya pintu itu kita buka. Sebuah bentuk kepercayaanku bahwa kita semua adalah saudara, tanpa perduli siapa Tuhan kita. Aku tetap dengan Tuhanku, ketika makhluk diluar aku yang lain masih menghormati Tuhanku. Maka aku tidak punya alasan lain untuk tidak meghormati kepercayaan mereka. Karena semuanya adalah diferensial dari sebuah rasa cinta. Kenikmatan yang bukan hanya milik sendiri. Semuanya berintegarasi dalam bumi ini. Membuat semuanya berotasi pada tempatnya.
Hanya saja kita terlalu takut dengan “benda tak berwujud” itu namun sungguh hebat bila dirasakan. Rasanya terlalu tabu untuk menyentuhnya. Layaknya peninggalan prasejarah, yang cukuplah diletakkan dalam etalase kaca. Dia hanya perlu dipandang, tidak boleh untuk dipegang, bahkan mungkin dimiliki.
Benda biru ini bulat, tak pernah kita tahu dimana titik ujungnya. Apakah itu di Kutub Utara atau di Kutub Selatan ? aku saja tak pernah menginjakkan kaki disana.
Beribu macam spesies yang hidup di dunia ini. Semuanya hidup, menggunakan udara yang sama untuk bernafas,menggunkan tanah yang sama untuk di injak. Namun kenapa kita meyekat diri kita sendiri ?. Seorang bapak tua, aku lupa namanya, dia tidak pernah mandi selama 60 tahun, pernah berkata “aku bisa tinggal dimana saja, di gua, di pohon, di gurun. Karena bumi adalah rumahku dan langit adalah atapku”. Tak pernah ada sekat di hidupnya karena memang dia tidak pernah membuat sekat itu. Sedang kita ? sibuk membuat pagar-pagar yang terlalu tinggi. Seakan-akan dibalik pagar itu adalah dunia milik kita sendiri, yag orang tidak boleh ikut campur tangan, bahkan tidak boleh hanya sekedar melihat saja. Atau sampai ada yang membuat papan lalu digantung diantara tiang-tiang pagarnya “Jangan parkir didepan pintu !” atau “Awas anjing galak !”. betapa semakin menyeramkan bangunan dibalik pagar itu. Masih banyak bentuk-bentuk lain keegoisan kita pada bumi ini. Banyak tawa yang seharusnya bisa kita bagi. Karena cinta memang untuk dinikmati bersama. Bukan hanya berlaku pada sepasang cucu adam dan cucu hawa yang didasari pada sebuah hubungan dengan ikatan kepercayaan pada suatu perasaan yang mutual, yang menurut mereka bahwa takdir mereka adalah bersama. Kenikmatan yang sering mereka sebut dengan Dunia Ini Hanya Milik Kita Berdua. Mungkin kalau lah bisa bumi ini dipagar,maka akan segera bertengger papan-papan lain. Aku bukan ingin terlalu memuja Dewa Amor, hanya saja kenyataan di bumi ini membuat semua terasa sangat sempit. Bahwa sekarang kita merasa memang perlu membuat batas-batas itu. Batas-batas yang terlalu meisahkan kita, memisahkan aku dengan makhluk lain yang masih bernama manusia. Bahwa kita hanya boleh berinteraksi dengan sesama “kita”. Kita yang didalamnya di asaskan hanya pada sebuah persamaan dan membuang segala bentuk perbedaan yang ada. Perlahan-perlahan batas itu semakin tegas, semakin terpisah , tidak ada kita lagi, yang ada hanya sebuah Kami, sebuah kata lain bahwa tidak semua manusia bumi adalah kami. Aku yang terlalu baik untuk masuk dalam lingkaran kami. Aku yang tidak bisa untuk nurut pada semua peraturan. Aku punya takdir untuk manusia lain. Aku masih ingin bertemu dengan bentuk lain dari aku. Bukan hanya pada sebuah lingkarann tertutup diantara Kami. Terlau banyak toleransi yang tidak perlu kita buang. Terlalu banyak tawa yang seharusnya ditakdirkan untuk terlepas. Namun kita yang terlalu keras kepala untuk menggagalkannya. Kita buat batas-batas yang terlalu tinggi. Padahal tebing saja punya jembatan untuk tetap terhubung. Langit yang begitu tingginya masih mau menyapa bumi lewat hujannya. Ketika masih ada asas harga-menghargai maka sejatinya adalah omong kosong bila kita tetap berdiri dalam sekat itu. Bahwa fitrah manusia adalah hidup bersama dalam berbagai perbedaan. Bahwa agama adalah tetap agama. Tapi ketika hubungan hormat-menghormati masih berjalan, alangkah baiknya pintu itu kita buka. Sebuah bentuk kepercayaanku bahwa kita semua adalah saudara, tanpa perduli siapa Tuhan kita. Aku tetap dengan Tuhanku, ketika makhluk diluar aku yang lain masih menghormati Tuhanku. Maka aku tidak punya alasan lain untuk tidak meghormati kepercayaan mereka. Karena semuanya adalah diferensial dari sebuah rasa cinta. Kenikmatan yang bukan hanya milik sendiri. Semuanya berintegarasi dalam bumi ini. Membuat semuanya berotasi pada tempatnya.
Kamis, 14 Februari 2013
Aku Ingin
-->
Aku ingin menjadi
penyair
Namun puisiku tak
mampu menyanjungmu
Aku ingin menjadi
pelukis
Namun lukisanku
tak seindah pelangi
Aku juga ingin
jadi pelaut
Aku pun tak
pandai melabuhkan kapal sendirian
Bahkan aku ingin
menjadi penjahit
Tapi tetap juga
aku tak mampu merajut baju hangatmu
Maka aku ingin
engkau mainkan musikmu
Akan aku nyanyikan puisiku
Maka kita akan
terbang ke langit ketujuh
Maka aku ingin
kau warnai kanvas itu dengan warna-warnimu
Akan ku sapu
dengan kuas kuasku
Maka kita akan
berayun di pelangi
Aku pun ingin
engkau menjadi nahkoda kapal itu
Maka kapalku pun
akan berlabuh di pulau kita
Bahkan aku pun
ingin tanganmu yg memegang jarum itu
Maka benangku
akan merajut baju itu
Selimuti kita
dalam kehangatan
Kamis, 27 Desember 2012
Love is Simple
Assalammualaikum….
Tuhan adalah
Maha Cinta
Tuhan adalah
Maha Kasih
Tuhan adalah
Maha Sayang
Banyak hal
yang ingin aku ungkapkan dalam tulisanku kali ini. Semenjak adamku kehilangan
bundanya pikiranku semakin kacau. Entahlah, tulisan kali ini hanya bertema
tentang cinta, namun sungguh maaf bila alurnya tidak jelas. Aku hanya ingin
sedikit mengurangi jeritan jiwaku.
Semenjak
tanggal 24 Desember 2012, terhitunglah hari ia mulai kehilangan bundanya.
Semenjak itu pikiranku kalut. Kecemasan tentang dirinya mulai menghampiriku.
Kau tahu apa yang kutakutkan ? Semangatnya. Semangat untuk meraih cita-citanya
di Malang sana.
Bahkan aku
takut dia merasakan sedih berkenpanjangan. Hingga kumintalah pada Tuhanku,
untuk mengalihkan sedihnya untukku saja. Perasaan macam apa itu ? Aku menghadiri
pemakaman bundanya. Aku tak mampu membayangkan menjadi dirinya, bahkan untuk
terakhir kalinya, dia tak bisa melihat wajah bundanya. Dari Malang ia terbang
pukul 10 malam. Sedangkan bundanya harus dimakamkan hari itu juga.Oo Tuhan,
kuatkan hatinya.
Tuhan ...
Rencana apalagi yang ingin kau sampaikan
padaku.Bukankah kepergian bundanya merupakan hal berat baginya ? Apa Kau yakin
dia mampu melewatinya ?. Tuhan izinkan kau dengarkan doaku kali ini, aku
mohonn. Aku berdoa untuknya, Tuhan.
Tuhan, kuatkan hatinya. Buatlah ini menjadi
kekuatan baru untuk hidupnya. Tuhan, peluk dia, aku mohooon. Bantu dia
menggapai mimpi-mimpinya, berikan dia hidup dan senyuman baru.
Itulah
sedikit doaku untuknya. Sosok yang sudah tertata rapi dihariku. Dialah manusia
yang paling kunanti kehadirannya. Bahkan saat sekarang ini, sampai tanggal 29
nanti dia masih di Binjai. Sejujurnya, masih berani aku berharap dia mau
bertemu denganku berharap ia mau menyempatkan mengembalikan buku yang dulu
katanya belum sempat ia kembalikan padaku. Jahat sekali aku ya ? egois ? sangat
egois. Tapi sisi hatiku kadang merelakannya. Yang terpenting adalah dirinya,
dirinya dan senyumannya, dirinya dan semangatnya. Kemarin tanggal 25 desember,
teman-temanku berkunjung kerumahnya. Aku telah datang kerumahnya saat
kemarinnya. Walau bibirku mengatakn aku tak ingin datang lagi, namun hatiku
terus mengharapkan ada yang ingin mengajakku kesana lagi. Tapi suratan Tuhan
tidak seperti itu, aku hanya diwajibkan dirumahku berdoa untuknnya. Ikhlasss
... walau berat.
Sejak saat
itu hatiku mulai sakit. Sakit menahan rasa rindu padanya, sakit menahan
kecemasan yang tak juga mampu tersampaikan. Rasa ini sudah terlalu lama
dihatiku, sejak 4 tahun yang lalu. Dan sampai sekarang rasa itu tidak pernah
pudar untuknya. Rinduku masih untuknya, bahkan zona nyamanku masih berada
padanya. Aku tak mengerti maksud Tuhan apa memberiku cinta yang sebesar ini.
Padahal Dia tahu sendiri, aku terlalu lemah untuk memikulnya. Apa yang harus
kulakukan bila cinta ini selalu bertepuk pada tanganku saja??
Tapi itulah
cinta, selalu ada keindahan dibalik semuanya. Aku mencintainya. Tidak ada koma
untuk kalimat itu. Tunggu dulu, apakah itu cocok untuk rasaku ini ? Aku tak
perduli, mau itu namanya cinta ataupun kasih dan sayang, yang ku tahu bahwa aku
selalu merindukannya dan berdoa untuk kebahagiannya, selalu. Aku tak mau
mengatakan selamanya, namun di dalam kesdaranku hari ini, aku masih
mencintainya dan aku masih berdoa untuk kebahagiaannya.
Jangan kau
kira yang kusebut sebagai adamku juga merasakan hal yang sama sepertiku. Itu
masih menjadi harapan terindah buatku sampai aku menulis ini. Bintang akan
tetap berada dilangit, namun demikian aku tetap mencintainya. Sejak 4 tahun
lalu kupendam rasaku ini padanya. Aku ralat, aku tak berani mengatakan bahwa
dia tak pernah tahu rasaku ini. Dulu saat SMA, kami pernah bersama, tapi hanya
3 bulan. Sejak saat itu mulailah dia asyik dengan kehidupannya. SMA adalah masa
yang paling indah bagiku, walau kami hanya berteman namun kepeduliannya
melebihi seorang teman.Dan celakanya sampai saat ini aku masih berharap akan
hal itu walaupun aku sadar sudah lebih dari satu tahun masa itu berlalu.
Aku
mencintainya tanpa alasan apapun. Tak perduli orang berkata apa. Bahkan ketika
ia mungkin tidak perduli lagi padaku. Kau mengerti kenapa aku sebutkan mungkin
? Sebagian dari hatiku masih sedikit meyakini bahwa dia belumlah berubah, dia
masih tetap perduli dengannku. Karena kutahu bahwa dia menunjukkan rasa
pedulinya padaku dengan sentuhan yang berbeda, walau sering kenyataan
memberitahukan padaku bahwa ia memang benar-benar sudah berubah. Apapun yang
terjadi, sampai saat ini masih dia yang menajdi energi ditiap hariku. Dialah
rotasi dalam bumiku, hingga bila aku kehilangannya maka aku kehilangan
rotasiku, dan kau pasti tahu apa yang terjadi dengan bumiku, aku akan hancur.
Mencintainya sudah menjadi denyut dalam jantungku, mengalir layaknya oksigen
dialiran darahku, dan bila dia menghilang, maka aku akan berhenti bernafas.
Aku
mencintainya tanpa maksud apapun. Saat ini yang kutahu bahwa perasaankulah
mengisyaratkan padaku bahwa aku mecintainya dalam rindu dihari-hariku.Bukan
karena materi yang dia miliki, aku hanya mencintai sosoknya, dialah manusia
yang paling kaya karena dia punya cinta untuk membuat aku bisa bernafas lebih
lega sampai saat ini. Bahkan aku tak perduli pada parasnya, namun dialah
manusia yang paling tampan di duniaku. Aku hanya ingin melihat dia bahagia,
senyuman hatinya itu sudah cukup untukku. Walau sampai sekarang aku masih
melebarkan ruang tingkap pengertian, bila memang bukan aku tulang rusuk
baginya. Tapi mencintainya adalah keindahan bagiku. Sungguh, mencintainya
adalah morfin kala sakau menyerangku. Hingga ku sadari aku telah candu untuk
terus mencintainya.
Aku
mencintainya dengan segala kemurahan hatiku. Aku tak pernah ingin dia membayar
setiap cinta dan doa yang kuberikan padanya. Sampai hari ini, masih terus
kuselipkan kebahagiannya disetiap sembah sujud dalam tiap shalatku. Senyuman
tulus sudah cukup untuk membayar tiap doaku pada Tuhanku untuknya.
Kebahagiannya sudah cukup menjadi imbalan dari cinta yang kualirkan untuknnya.
Inilah cintaku padanya, aku tak perlu sedu sedan meminta dia untuk melihatku.
Karena aku yakin aku punya Tuhan yang mengantur segala hidup dan cintaku. Dan
memang aku mencintainya dengan segenap kemurahan hatiku, tanpa perlu bayaran
dan imbalan. Karena mencintainya sudah menjadi kaki dalam tiap langkahku,
hingga bila dia tidak ada maka aku akan berhenti melangkah.
Aku mencintainya
dengan sesadar-sadarnya aku.Inilah cinta, selalu ada kebahagian disetiap
perihnya. Cinta adalah senyuman dalam setiap keindahan dan kebahagian. Didalam
perih disetiap cintaku selalu kutemukan keindahan dalam kebahagian. Karena
kebahagian tidak perlu dicari hanya perlu ditemukan dalam setiap luka yang
terbersit. Aku yakin, perih dan kebahagian selalu berjalan berdampingan,
tinggal aku saja ingin menggengam pada sisi yang mana. Yah, aku bahagia karena
aku mencintainya. Aku tak pernah setengah hati untuk mencintainya. Inilah
setulus-tulusnya hatiku, tanpa perlu aku harus memiliki raga dan hatinya.
Keajaiban cinta dalam duniaku, karena cinta tak perlu memiliki. Karena cinta
adalah kebahagian, bahagia karena aku masih diberi kesempatan dari yang Maha
Cinta untuk bisa merasakan , bisa menberikan cinta untuknya.
Aku
mencintaimu karena aku ingin bahagia. Maka aku ingin terus mencintaimu dalam
doaku. Karena ketika aku mencintaimu, aku melihat Tuhanku pada dirimu, hatiku
akan damai sama seperti aku bersama Tuhanku. Bahkan aku tidak perduli bila aku
bukan jodohku. Karena aku masih punya Tuhanku, Tuhanku yang selalu mencintaiku,
seperti aku mencintaimu.
Cinta
datang ketika cinta membutuhkan cinta ..
dari yang rindu jiwanya
Nahrissa
Kamis, 06 September 2012
Empat hari, Istimewa !
Tanggal 28 Agustus 2012, pagi itu aku telah menginjakkan kaki kekampus baruku, upacara pembukaan penerimaan mahasiswa baru. Ternyata kawan-kawan sejawat telah menanti di tempat lain untuk teknikal meeting ospek hari besok. rasa senang karena bertemu kawan bercampur dengan rasa takut menghadapi ospek keesokaan harinya. Kelompok 17, itulah teman senasibku untuk empat hari kedepan. Kata smbutan dari beberapa dosen-dosen disampaikan sebelum pembacaan hal ikhwal untuk ospek. Kau ingi tahu apa saja yang harus kami pakai untuk esok, hari pertama ospek ? Kuberikan daftarnya ya.
1. Baju lengan panjang putih, dengan celana hitam
2. rompi karung putih dengan dua kantong di bawah kanan dan kirinya
3. Tas punggung karung coklat.
2. Sepatu hitam kulit dengan kaus kaki merah kuning mengikuti tali sepatu yang warnanya merah kuning juga
4. Jam tangan kacang panjang dengan tali rafia
5. Tali pinggang tali rafia tiga warna dengan digantung 3 kaleng berisi masing-masing tiga buah kelereng yang berbeda jenis
6. Papan nama dari kardus yang digantung dengan tali rafia di leher.
7. Kalung dengan 6 buah kulit jengkol
8. Topi kardus dengan ketinggian hampir 30 cm
9. kaca mata 3D dari air minum kemasan gelas.
Itu hanya tributnya saja, ada juga beberapa bahan makanan yang perlu dibawa dan ada ketentuannya juga. Diakhir acara para anggota dari kelompok 17 ini memilih untuk berkumpul. Aku menemukan banyak wajah-wajah baru, pribadi baru dan bahasa-bahasa baru. Sekitar ada enam belas orang anggota dalam kelompokku. Ketua kelompok telah ditentukan oleh panitia, sebut saja namanya Hugo. Cowok kedatangan dari jakarta yang ingin menimba ilmu dikampung halamanku. Ada juga Arum , cewek kedatangan Purworejo. Banyak macam, banyak juga ciri khasnya. Sekitar pukul 3 sore, kami mulai menyusun rencana, bagaimana menyelesaikan semua tugas dengan segala peraturan yang dulu rasanya sedikit sulit sedangkan pukul 5.30 pagi besok kami harus sudah baris di kampus kami lagi. Akhirnya kmi memutuskan untuk bekerja sama dan saling bagi tugas. Aku dan Sarah, teman satu kelompok juga, kebagian tugas untuk membeli buah jakun, kardus, kulit jengkol dan kaus kaki kuning 9 pasang dan merah 9 pasang. hampir lupa, kami juga membli 144 kelereng tiga jenis dengan perbandingan yang sama. Seingatku, kami mebagi menjadi tiga kelompok belanja, yang cowok kebagian tugas menari 16 karung putih dan 16 karung coklat, kwat, barang-barang bekas, sedangan grup cewek lainnya kebagian mebeli alat-alat tulis yang akan kami perlukan selama ospek berlangsung. pukul 4 sore, kami berkumpul untuk bertarung menyelesaikan tugas kami. Sebut saja namanya Leo, ia langsung mengambil tempat untuk membuat jas dan tas kami, sarah membuat kaca mata 3D, Kiki dan aku membuat topi, rasanya terlalku panjang untuk aku menceritakan semuanya. Kau tahu kenapa ku ingin meceritakan bagian ini, setidaknya aku mengerti maksud dari segala tugas kami dahulu. Bila tugas tidak sebanyak itu, tidak mungkin kebersamaan diantara kami mulai terjalin kuat, rasa senasib yang tingi tidak mungkin begitu terasa untuk sekarang. Sekiatr pukul 8 malam kami menyelesaikan atribut kami. Sudah terlalu malam, kami memilih untuk menyudahinya dan melanjutkannya dirumah. hei, aku tak tahu apa yang mereka kerjakan dirumahnya, mari kalian dengar ceritaku saja ya. sekitar jam 9 malam aku telah sampai dirumah. Teras rumah menjadi temapt kerjaku, hingga pukul 4 pagi besoknya aku menyelesaikan semua atribut dan perbekalan untuk hari pertama ospek.
Selama empat haru berlangsung ospek kampus. Tidak tidur, Lupa makan sudah menjadi kebiasaan di empat hari itu. bagi diriku sendiri, banyak hal yang telah kudapatkan selama empat hari kemarin. Sebut sja dengan rasa senasib sepenanggungan , dimana kami harus merasakan hal-hal yang sama, merasakan keakitan bersama-sama, tidak adal lagi ruang bahkan celah yang memisahkan kita, bahwkan agama sekali pun.Kami berkumpul menjadi satu membangun rasa kemanusiaan antara sesama tidak peduli dia itu siapa, warna kulitnya apa, bahasanya apa, yang kami tahu hanyalah kami mahasiswa baru yang dituntut untuk harus dan wajib kompak diantara kamj. sunggub luar biasa pelajaran yang aku dapatkan saat-saat kemarin itu.
Sudah menajdi rahasia umum bahwa ospek itu terkenal dengan bentak-bentakan senior, mata yang melotot , wajah yang harus menunduk ketika berhdapan dengan senior, jalan yang membungkuk ketika lewat dihadapn senior. Tapi ingat, tidak pernah ada kekerasan dan ospek hanya ada 'senioritas abadi'. tapi percayalah, itu semua mereka lakukan semata-mata untuk kebaikan para calon adi-adik barunya. mereka ingin membuat adik-adik mereka layak menjadi mahasiwa yang seutuhnya, layak disebut menusia yang kuat dan tangguh. bukan manusia yang lemah, yang mampu kenan goncngan kala badai mengahdang. mereka hanya ingin membuat aku, adik barunya, layak berdiri tegak disamping mereka.
Yah , tepatnya latihan mental. Itulah yang dilakukan oleh para senior> Kau lihat kan, bukankah sunggu mulia apa yang mereka lakukan untukku dan teman-temanku yang lain ? Buat calon mahasiswa yang akan datang, jangan takut menghdapi ospek, di universitas mana pun. Percayalah itu akan membuat kalian menjadi manusai yang jauh lebih baik lagi.
Malam di hari terakhir, adalah malam paling indah buat mahasiswa baru fakultasku. malam itu para kakak senir telah menyiapkan acara istimewa untuk para adiknya. Kau tahu apa yang paling membahagiakan buatku ketika para kakak dan dosen mengucapkan "selamat datang wahai adik-adik kami, selamat datang dikeluarga besar kita, kalian telah menjadi adik-adik buat kami semua". Rasa haru tiada taru menyelemuti kami para mahasiwa baru. Tidak ada bentak-benatakn itu lagi yang ada hanyalah senyum hangat para kakak-kakak baruku. Pelukan datang membanjiriku, tidak hanya dari teman sekelompokku, kakak-kakak senipor juga memeluk kami, para adik barunya. Nilai tambah lagi buat mereka, para kakak baruku, mereka dengan lebar membuka diri untuk memeluk kami padahal kami tahu saat itu baju kami diwajibkan tidak diganti selama empat hari ospek, nmun tridak ada rasa jijik pada mereka menghadapi kami semua.
Masih banyak hal lain yang ingin aku ceritakan. Aku ada kuliah setelah menulis ini. Buat calon mahasiswa, sekali lagi aku peringatkan jangan ada alasan untuk tidak mengikuti ospek saat kalian diterima di universitas yang kalian impikan. Demi apapun itu aku berani yakin, engkau tidak akan pernyah menyesal untuk mengikuti ospek justru merugilah engkau bila engkau tidak ingin ikut ospek. Untuk teman-teman mahasiswa baru yang membaca ini, ditunggu ya cerita-cerita kalian tantang kampus baru kalian. Bila ada hal yang ingin kalian tanyakan padaku, tanyakan saja lewat komentar di tulisan ini.
Aku berharap, aku bisa membaca tulisan tentang ospek dari Nastiti Athari Paramadina di STIS Jakarta, Ridha Khairiyah di Universitas Andalas Padang, Qori Fajar H. di Universitas Brawijaya Malang, Abdul wahid di ITB Bandung. Dan ceita-cerita lain dari para patrung hujan , keluarga besar KAPAS. Terima kasih untuk semuanya.
Jumat, 03 Agustus 2012
surat kecil ku
Assalammualikum .
Kita berlari dan terus kan bernyani
Kita buka lebar pelukan mentari
Bila ku terjatuh
Kau siap mengangkat aku jauh lebih tinggi ...
Tahun pertama masa abu-abu , dipersimpangannya aku bertemu dengan mereka . Hingga tangan tuhan mempersatukan masing-masing hati menjadi satu jiwa , se iya se kata. Hingga tersebutlah "See How Much I Love" .
Tahun ketiga masa putih abu-abuku , semua terasa semakin dekat, mengalir dalam tiap tetes darah, berhembus dalam setiap tiupan nafas. terucap nama dalam tiap degup jantung . Aikhh , perasaan apa ini ? hingga sedih dan bahagiaku telah kusadarkan dibahu mereka. Hadirkan resah dan gelisah ketika guratan sedih terukir diwajah mereka.
Teman ...
Kawan ...
Sahabat ...
Saudara ...
Tuhan telah ciptakan rasa ini, memercikkannya kedalam diri.
Aku ingin hidup dengan mereka , selamanya .
Membagi semua rasa yang hadir karena keras hidup .
Hingga menuju tahun keempat , Tuhan punya jalan lain. Takdir hidup telah pisahkannya , secara perlahan meregangkan 3 hati yang menyatu , melebarkan jarak antra 3 jiwa .
Aikh , sesak dada ini menahan datak rindu yang semakin cepat tak menentu .
Diri tetap berdiri menanti ,
menunggu kalian datang kembali
Meraih tangan ini
melangkah bersama menuju pelangi
Kunikmati hadirnya sepi
karena kalian telah pergi
kumohon cepat kembali
Obati hati ini
Untukmu yang paling tersayang ,.
Nastiti dan Ridha
Ridha dan Nastiti
Senin, 16 Juli 2012
a thousand days
I cant fight this feeling anymore , anytime .
Just since I live, Ican breath
Aikh , perasaan macam apa ini ? Tiada mampu aku menahan deburan ombak di laut hatiku.
Hari demi hari
waktu demi waktu
menit demi menit,
hingga detik demi detik ...
tiada mampu aku menampung tumpahan bening yang turun .
tiada mampu aku melukis lengkungan senyuman
ketika temaram berlabuh di hari , siksaan batin tiada jua berhenti , bahkan diri tak sanggup lagi berdiri . Aikh ! perasaan macam apa ini?
Kita bertemu dipersimpangan , kita bergenggaman tangan menghalau rintangan . Hingga lingkaran hati telah menyatu. Kau sebut kita petarung hujan, kau sebut kita tak pernah habis dimakan kutu .
tiga puluh dua jiwa telah kita peluk
tiga puluh dua pasang tangan telah kita genggam
tiga puluh dua hati telah kita satukan
tiga puluh dua pasang kaki telah kuatkan kita
tiga puluh dua kita telah berjalan selama 3 tahun .
Inilah waktu yang akan datang , namun aku sungguh membencinya .
Tidaklah mudah menemukan tiga puluh dua jiwa yang selalu disampingku
yang selalu membuat tawa di hariku
yang selalu membuat rindu kala ketidakhadiranmu .
Kuatkan aku kala laut kelemahan berani menenggelamkanku ..
Qori Fajar Hermawan , Universitas Brawijaya
Nastiti Athari Paramadina, Sekolah Tinggi Ilmu Statistika
Ridha Khairiyah , Universitas Andalas