Pages

Sabtu, 18 Desember 2010

Ketika Malam Tiba

Hmparan langit maha sempurna
Bertahta bintang-bintang angkasa
Ingin ku kesana
bergarap mampu mengisi rasa yang hampa

Termenung dalam sepi
Nikmati malam ini sendiri
Tapi tak ada peduli
Hanya bintang malam yang nyaring berbunyi

aku merindukanmu
ingin rasanya bertemu
menatap keindahan senyuman
yang telah jadi candu buatku

Waktu terus berputar
membuat diri tersadar
bunga asmara sudah tak mekar
tinggalkan hati yang kini memar

Hari berganti hari
tapi tidak dengan hati
walau kini kau pergi
biarkan aku tetap disini

Inilah kisahku
terpenjara dalam cintamu
bibirku beku, tak bergerak
ingin rasanya ku tolak

hasrat hati ingin cerita
tentang hati yang menderita
namun kulihat kau bahagia
biarlah aku cerita pada duka dan lara

Oh Yang Maha Semprna
Apakah ini dosa ?
Bila hati tetap mencinta
saat kulihat dia telah berdua

Minggu, 28 November 2010

Jalan hidup Togar

“ Gar!!! Sudah semua kau petik ? Jangan sampai ada yang ketinggalan ya , jadi busuk nanti…”
“Sudah, bang ! Tidak ada yang ketinggalan lagi kok, sudah aku periksa tadi. “
Matahari semakin tinggi. Cahayanya yang hangat semakin lama semakin terang menyinari Brastagi, tapi sinar itu tidak mampu mengalahkan oleh udara dingin yang menjadi ciri khas kota ini. Langit terlihat biru, deru kendaraan semakin ramai. Masyarakat telah sibuk dengan aktivitasnya sehari-hari, begitu juga dengan Togar dan Yayan. Pagi-pagi mereka telah dikebun memetik jeruk-jeruk matang, kemudian menjualnya ke pasar.
Keranjang yang di pundak telah penuh, jeruk-jeruk ranum sudah mereka petik semua. Setelah memasukkan jeruk dari pohon terakhir ke kekeranjang, Mereka melangkah kembali ke rumah.
“Assalammualaikum.”. Togar melangkah masuk ke rumah, diletakkannya keranjang itu di atas meja bersama dengan keranjang-keranjang jeruk lainnya.
“Waalaikumsalam, nak. Capek Gar ? Mana abangmu? Panggil dia sekarang. Biar sama-sama kita makan. Ibu sudah selesai masak.” Jawab Ibu sambil ternyum melihat Togar yang duduk sambil mengelap keringatnya.
“Iya Mak. Tunggu sebentar, biar ku panggil. Tadi kulihat dia ke loteng. Entah ngapain dia kesana.”
Togar bergegas naik tangga dan memanggil abangnya. Sedangkan Ibu, terlihat sibuk menata meja makan. Agar kedua anaknya semakin nyaman menikmati sarapan paginya setelah lelah seusai bekerja.
Sarapan kali ini mereka selingi dengan obralan kecil, sambil tertawa lepas mereka menghabiskan sarapan yang telah di buat emak.. Melupakan sejenak beban hidup yang mereka jalani.
Selesai makan, Yayan mengangkat keranjang jeruk-jeruk dan membedakannya menurut besar kecilnya jeruk itu. Sedangkan Emak terlihat sibuk membereskan bekas sarapan tadi. Togar melangkah gontai keluar rumah, lalu dia duduk di tangga depan.
“Gar, ada apa denganmu? Dari tadi Emak tengok kau melamun saja.”
“Mak.. Boleh aku bertanya ?”
“Bolehla.. Emangnya apa yang ingin kau tanya pada Emak ? Wajahmu serius sekali.” Jawab Emak heran melihat perubahan Togar.
“Kalau misalnya aku merantau bagaimana, Mak ?”
“Apa yang kau pikirkan sehingga tiba-tiba kau ingin merantau ? Apa yang kurang? Selama ini kita bisa bertahan hidup, walau cuma jadi pemetik jeruk. Kita tetap bisa makan, bisa tidur nyenyak di rumah.. “ Emak menatap mata Togar lekat-lekat. Raut wajahnya berubah.
“ Bukan karena itu, Mak. Aku sudah bahagia dengan keadaan kita sekarang. Aku hanya ingin menjadi yang lebih baik. Aku berharap, bila aku merantau aku bisa membagikan ilmu pencak silatku pada orang lain. Aku merasa bahwa aku belum menjadi orang yang mermanfaat, Mak…”
“Bila itu sudah menjadi keputusanmu, emak mau bilang apa. Asal menurut kau itu yang terbaik untukmu, emak akan mendukungmu..”
“Makasih mak, sudah percaya samaku “ Togar tersenyum menatap emaknya.
“Emak akan selalu mendoakanmu. Satu yang emak katakan, kembalilah nak, kapan pun kau siap..” emak menggenggam tangan Togar erat, matanya berkaca-kaca mengatakan itu.
“Togar akan selalu menajdi yang terbaik buat emak dan abang”
“Amin..”. Setelah mengatakan itu emak bangkit, mencium kening Togar, lalu pergi meninggalkan Togar.


…………………………


“Jaga dirimu baik-baik, nak.” Emak mengelus rambut Togar. Pipinya basah oleh air mata yang tidak bisa berhenti.
“Gar, setelah kau berhasil di sana. Jangan lupa kau balik kesini. Jangan lupa dengan kampung halamanmu.” Ujar Yayan. Dia menatap Togar, seakan dia tak ingin Togar untuk pergi.
“Iya mak, bang. Akan ku ingat pesan dari kalian. Aku akan selalu kasih kabar ke kalian.” Sambil tersenyum menatap emak dan abangnya.
Togar melangkahkan kakinya. Perlahan tangannya terlepas dari genggaman emak, air mata emak semakin deras jatuh. Langkah kaki Togar semakin menjauh dari rumah. Dia benar-benar pergi, merantau ke pulau seberang. Emak hanya bisa menatapnya, di peluknya Yayan dengan kuat.

Bersambung …

Kejujuran Hati

Bukan jarang aku teringat
Ketika kita masih terikat
Walau ada mungkin ada pait
Tapi, dilupakan sungguhlah sakit

Aku mencintaimu
Bukan karna ragamu tapi hatimu
Kau beri aku kelabu
Kau jua beri aku candu akan sayangmu

Aku memang tak sempurna
Tapi aku masih punya cinta
Walau mungkin tak sedalam samudra
Tapi setulus-tulusnya jiwa.

Denting waktu tak pernah berhenti
Tinggalkan masa lalu, awali masa kini
Kini aku tinggal sendiri
Bersama hati tersayat yang ditinggal pergi

Aku ingin melupakan
Tapi aku tetap bertahan
Bersama mosaic indah yang kini menjadi pecahan
Tapi tak pernah hilang karena zaman

Kau bilang ingin kembali
Menjalin cerita bersama lagi
Apa masih ada cinta dihati ?
Atau karena ingin mengkasihani

Jika memang ada si dia
Baik tinggalkan diri ini saja
Jika itu buatmu lebih bahagia
Aku rela harus terluka

Aku memang mencintai
Tapi ku tak harus memiliki
Ku ingin cintaku sejati
Tersenyum walau disakiti

Maumu telah jadi mauku
Senyummu adalah senyumku
Walau rasaku tak seluas langit biru
Tapi ku harap engkau tahu

Hatiku tak bisa ingkari
Kenangan dulu masih di hati
Tak akan pernah hilang sampai mati
Walau sakit tapi tetap kunikmati

Sering kau buat goresan
Hingga buat luka di batin
Tapi benci tak pernah tersimpan
Malah cinta yang tak hilang karena zaman

Ku harap cintaku tulus
Bersama sayang yang terus mengalir terus
Walau hati semakin tergerus
Karena tingkah yang menusuk

Selama kakiku terus bergetar
Cintaku takkan pudar
Walau waktu terus bergulir
Dan embun mata turun mengalir

Mungkin kau tak pernah tahu
Dalamnya sayangku padamu
Tapi itu tak apa bagiku
Asalkan kau bahagia selalu

Kini aku tandas
Bagai tertimpa batu cadas
Terdengar dentingan tangis
Bersama asa yang semakin tipis …

Minggu, 31 Oktober 2010

Sejarah Internet

Sejarah Internet

Internet merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat di tahun 1969, melalui proyek ARPA yang disebut ARPANET (Advanced Research Project Agency Network), di mana mereka mendemonstrasikan bagaimana dengan hardware dan software komputer yang berbasis UNIX, kita bisa melakukan komunikasi dalam jarak yang tidak terhingga melalui saluran telepon. Proyek ARPANET merancang bentuk jaringan, kehandalan, seberapa besar informasi dapat dipindahkan, dan akhirnya semua standar yang mereka tentukan menjadi cikal bakal pembangunan protokol baru yang sekarang dikenal sebagai TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol).

Tujuan awal dibangunnya proyek itu adalah untuk keperluan militer. Pada saat itu Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US Department of Defense) membuat sistem jaringan komputer yang tersebar dengan menghubungkan komputer di daerah-daerah vital untuk mengatasi masalah bila terjadi serangan nuklir dan untuk menghindari terjadinya informasi terpusat, yang apabila terjadi perang dapat mudah dihancurkan.

Pada mulanya ARPANET hanya menghubungkan 4 situs saja yaitu Stanford Research Institute, University of California, Santa Barbara, University of Utah, di mana mereka membentuk satu jaringan terpadu di tahun 1969, dan secara umum ARPANET diperkenalkan pada bulan Oktober 1972. Tidak lama kemudian proyek ini berkembang pesat di seluruh daerah, dan semua universitas di negara tersebut ingin bergabung, sehingga membuat ARPANET kesulitan untuk mengaturnya.

Oleh sebab itu ARPANET dipecah manjadi dua, yaitu "MILNET" untuk keperluan militer dan "ARPANET" baru yang lebih kecil untuk keperluan non-militer seperti, universitas-universitas. Gabungan kedua jaringan akhirnya dikenal dengan nama DARPA Internet, yang kemudian disederhanakan menjadi Internet. 'Teks miringBerkas:Teks tebal
Kejadian penting lainnya

Tahun 1972, Ray Tomlinson berhasil menyempurnakan program e-mail yang ia ciptakan setahun yang lalu untuk ARPANET. Program e-mail ini begitu mudah sehingga langsung menjadi populer. Pada tahun yang sama, icon @juga diperkenalkan sebagai lambang penting yang menunjukkan “at” atau “pada”. Tahun 1973, jaringan komputer ARPANET mulai dikembangkan ke luar Amerika Serikat.

Komputer University College di London merupakan komputer pertama yang ada di luar Amerika yang menjadi anggota jaringan Arpanet. Pada tahun yang sama, dua orang ahli komputer yakni Vinton Cerf dan Bob Kahn mempresentasikan sebuah gagasan yang lebih besar, yang menjadi cikal bakal pemikiran internet. Ide ini dipresentasikan untuk pertama kalinya di Universitas Sussex.

Hari bersejarah berikutnya adalah tanggal 26 Maret 1976, ketika Ratu Inggris berhasil mengirimkan e-mail dari Royal Signals and Radar Establishment di Malvern. Setahun kemudian, sudah lebih dari 100 komputer yang bergabung di ARPANET membentuk sebuah jaringan atau network. Pada 1979, Tom Truscott, Jim Ellis dan Steve Bellovin, menciptakan newsgroups pertama yang diberi nama USENET. Tahun 1981 France Telecom menciptakan gebrakan dengan meluncurkan telpon televisi pertama, dimana orang bisa saling menelpon sambil berhubungan dengan video link.

Karena komputer yang membentuk jaringan semakin hari semakin banyak, maka dibutuhkan sebuah protokol resmi yang diakui oleh semua jaringan. Pada tahun 1982 dibentuk Transmission Control Protocol atau TCP dan Internet Protokol atau IP yang kita kenal semua. Sementara itu di Eropa muncul jaringan komputer tandingan yang dikenal dengan Eunet, yang menyediakan jasa jaringan komputer di negara-negara Belanda, Inggris, Denmark dan Swedia. Jaringan Eunet menyediakan jasa e-mail dan newsgroup USENET.

Untuk menyeragamkan alamat di jaringan komputer yang ada, maka pada tahun 1984 diperkenalkan sistem nama domain, yang kini kita kenal dengan DNS atau Domain Name System. Komputer yang tersambung dengan jaringan yang ada sudah melebihi 1000 komputer lebih. Pada 1987 jumlah komputer yang tersambung ke jaringan melonjak 10 kali lipat manjadi 10.000 lebih.

Tahun 1988, Jarko Oikarinen dari Finland menemukan dan sekaligus memperkenalkan IRC atau Internet Relay Chat. Setahun kemudian, jumlah komputer yang saling berhubungan kembali melonjak 10 kali lipat dalam setahun. Tak kurang dari 100.000 komputer kini membentuk sebuah jaringan. Tahun 1990 adalah tahun yang paling bersejarah, ketika Tim Berners Lee menemukan program editor dan browser yang bisa menjelajah antara satu komputer dengan komputer yang lainnya, yang membentuk jaringan itu. Program inilah yang disebut www, atau World Wide Web.

Tahun 1992, komputer yang saling tersambung membentuk jaringan sudah melampaui sejuta komputer, dan di tahun yang sama muncul istilah surfing the internet. Tahun 1994, situs internet telah tumbuh menjadi 3000 alamat halaman, dan untuk pertama kalinya virtual-shopping atau e-retail muncul di internet. Dunia langsung berubah. Di tahun yang sama Yahoo! didirikan, yang juga sekaligus kelahiran Netscape

Rabu, 20 Oktober 2010

Berlian Diantara Mutiara-Mutiara Bangsa

Bukan karena dia kaya , bukan karena fisiknya, tapi pesonanya begitu dalam. Sosoknya sudah tak asing lagi di mata semua. Sosoknya begitu kental dengan tawa, dan canda darinya. Sosoknya begitu dekat dengan pujian. Saat dia lewat di depan orang, tak sungkan di sungingkannya senyum dari bibirnya, begitu ramah. Dialah sosok berlian itu, sinarnya tak kan pernah redup. Dimana pun, dia tetap berlian.
Aku begitu memujinya, sangat memujanya. Bukan karena fisiknya atau materi yang dimilikinya, tapi karena pesona dari jiwanya, dari dalam dirinya. Pesona itu begitu kuat, membuat hatiku begitu memujinya. Menatapnya membuatku senang. Sungguh, sorot matanya cukup membuat jiwa tenang.
Dialah berlian itu. Dialah yang selalu berdiri didepan kelas, dialah yang berusaha untuk menyelesaikan masalah, dialah tangan kanan itu. Dialah yang di panggil saat kesusahan, dialah yang dpanggil saat ada kemenangan. Karena dialah berlian itu, pesonanya begitu kuat, walaupun di sekitarnya mutiara-mutiara bangsa begitu banyak bertebaran. Tapi, pesonanya lebih dari mutiara-mutiara itu.
Sosoknya begitu di tunggu, sosoknya dinanti, sosoknya selalu di cari. Setiap hari, harapan hanyalah kehadiran dia. Semua tak ingin di absen hari ini, besok, atau lusa, atau kapanpun.
Dialah sosok berlian itu. Aku begitu memujinya, begitu memujanya. Lihatlah wajahnya tak pernah di singgahi murung. Hidupnya tak ada menyerah, dia terus berjalan, walau ku lihat batu besar menghalanginya, tapi dia berusaha melewatinya. Tak ada yang mampu menghentikannya, tak satupun. Saat dia lelah berlari, kakinya melangkah, tapi tak berhenti. Karena dialah berlian itu.
Dia semakin tinggi, puncak telah menantinya. Tapi, tantangan yang dihadapinya semakin berat pula. Tak selamanya putih akan selalu putih, pasti ada yang mengotorinya, pujian selalu melekat padanya, tapi, tatatapan sinis dan gumanan benci pasti ada diantara pujian itu. Lihatlah. Dia hanya tersenyum, wajahnya begitu tenang. Hmm, sungguh dialah berlian itu.
Saat pesonanya ingin di redupkan, dia hanya diam. Dia tak pernah peduli hal itu. Tak semua ada di sampingnya, diantara mereka ada tatapan sinis yang diberikan padanya. Walau tak pernah terlihat, tapi aku tahu. Aku ingin bilang, aku ingin mereka tahu, aku ingin mereka sadar bahwa mereka menyesal telah berpikir seperti itu. Tapi , aku tak berdaya, kalian tahu ? karena aku hanya melihat dari sisi gelapku, tanpa berani menyentuhnya.
Aku begitu mengenalnya, dia bukan seperti yang mereka pikirkan. Mereka salah, karena mereka tak mengenal dia ! Mereka hanya sok tahu. Aku tahu berlian itu pasti ada selanya, dia tetap manusia biasa. Seseorang pasti punya salah, bahkan dia. Aku tahu, dia punya salah dengan mereka. Mereka terlaalu, mereka hanya melihat di satu sisi ! mereka tak melihat dia di sisi yang lain. Dimana pun dia tetap berlian .
Mereka belum begitu mengenalnya, aku lebih tahu tentang dia. Walau tak semua yang ku tahu.
Apakah mereka pernah berpikir untuk bagaimana untuk bisa hidup di bawah kaki sendiri ? Apa mereka pernah berpikir saat mereka harus di posisi dia ? Saat harus iri melihat keluarga kecil yang lengkap sedang asyik menikmati liburan. Dialah berlian itu, tapi dirinya sudah tak lengkap, setengah jiwanya telah pergi. Tapi dia merasa tak pernah ada yang kurang. Karena dia selalu mengingat yang telah hilang, setiap kata yang keluar dari setengah bagian dirinya. Dia telah kehilangan setengah dari dirinya. Pesonanya semakin kuat. Niat tulus dihatinya menjadikan pesona semakin indah memancar dari dalam dirinya. Dialah sosok berlian itu, pesonanya tak terkalahkan oleh para mutiara itu.

Sebaik-baiknya orang adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain

Jumat, 01 Oktober 2010

Didalam Hatinya

Sahabat adalah seseorang yang selalu ada buat kita, saat kita sedih atau saat senang, itu sih kata orang, dan kata sinetron yang menayangkan cerita tentang sahabat. Tapi gadis ini masih bingung dengan ungkapan itu, apakah benar atau enggak. Lihatlah, dia masih duduk termenung, galau dengan kehidupan yang ada di depan dia. Semua terasa kabur di matanya. Mungkin keinginannya terlalu muluk atau bisa di bilang mustahil. Gadis itu berharap, memiliki sahabat-sahabat yang selalu ada buat dia, seperti apa yang ditayangkan di sinetron. Apa ada yang bisa bantu dia menjawab pertanyaan itu ? Tapi sayang, semua acuh padanya. Apa memang seperti ini dunia tempat ia berdiri.
Saat semua orang berusaha untuk menjadi yang pertama, tapi gadis itu hanyaingin berdiri dan memberi selamat.
Gadis itu mencoba untuk bisa bermanfaat bagi orang lain. Gadis itu selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk semua orang, orang yang dia sayangi. Namun, perasaan berkata, gadis itu masih seriang di anggap tak ada. Gadis itu tak berbuat apapun, mengucapkan isi hatinya saja dia tak sanggup.
Apakah kalian tahu isi hatinya ? Apakah kalian sadar kalian sering mengoreskan luka di hatinya ? Hmm, ternyata kalian gag pernah tahu. Gadis itu hanya bisa menjauh saat hatinya tersakiti, dan kembali saat dia berusaha untuk melupakan kejadian itu, dan di bungkusnya rapih di lemari hatinya.
Gadis itu mencoba untuk tersenyum saat hatinya luka. Karena hanya satu harapanya, punya sahabat sejati. Gadis itu menggenggam sebuah keyakinan, bila gadis itu ingin punya sahabat sejati, maka dia harus berusaha untuk menjadi sahabat yang paling baik. Disakiti berulang kali gadis itu diam, karena DIA SAYANG SAHABATNYA dan tak ingin kehilangan untuk kedua kalinya..

Jumat, 03 September 2010

Hidup dan Kehidupan

Apa sih sebenernya yang kita cari saat ini ? Saat nafas masih setia berhembus ? Saat mata masih bisa untuk melihat ? Bahkan telinga pun masih kerap mendengar ?. Penulis sendiri pun masih bingung. Ada yang bilang manusia itu terbagi atas dua kelompok, yang pertama manusia yang mentingin prestasi dia; kedua, manusia yang gag terlalu peduli pada prestasinya, selama ada orang di sampingnya dia pasti bakalan bilang ‘tenang , tenang ..”, intinya manusia suka temenanlah. Masuk kekelompok manusia yang manakah kita ?
Kalo ada yang nanya tugas sebagai pelajar apa sih ? pasti pada bilang “belajarlah..”. Yang mendengarpun langsung berpikir, tentang matematika, biologi, kimia, fisika, dan ilmu pengetahuan lainnya. Namun, kapan seorang Pelajar belajar tentang kehidupan? Padahal di hidup itulah dia bisa berdiri. Memang sih tanpa ilmu, seseorang dianggap bukanlah apa. Tapi, ada yang pernah mikir gag, lebih bagus orang yang berilmu tanpa solidaritas atau solidaritas tanpa ilmu ?.
Menurut penulis, untuk hidup bukan hanya ilmu saja tapi sikap juga. Sikap bagimana seorang makhluk bernama manusia bisa berinteraksi dengan kehidupan tempat ia berdiri. Kenapa penulis berkata sepeprti itu, katanya sih dari pengamatan yang dilakukannya selama ini. Kenapa lebih solid orang yang gag pinter-pinter banget dari pada orang pinter, maksudnya pasti orang yang pinter agak sedikit sombong daripada orang yang biasa. Malahan orang yang biasa itu yang bisa lebih mengerti bagaimana perasaan orang. Apa sih penyebabnya ? padahal kalo di pikir, orang pinter gag bakalan ada tanpa orang biasa. Sama kayak orang kaya mandang orang miskin. Pasti bawaannya rendah banget, padahal kalo gag ada orang miskin, orang kaya bukanlah apa.
Di tulisan ini, bukan maksud hati ingin marah atau apa terhadap orang pintar atau orang kaya. Penulis hanya bingung pada kehidupan saat dia berdiri sekarang dan berharap, kita semua bisa menganggap ada semua manusia yang hidup. Penulis ingin semua orang bisa punya rasa solidaritas terhadap sesama. Kalo petani gag ada gimana ? apa kita bisa masak beras ? atau gimana kalo tukang becak dan supir angkot gag ada ? saat itu panas terik, padahal kita ingin pergi ke tempat yang jaraknya 5 km dari rumah, sedangkan kita gag punya kendaraan.
Menurut penulis, kita hidup itu untuk saling ngelengkapi. Kita gag bakalan bisa hidup dan berdiri sendiri, bahkan Hulk atau Fantastic Four sendiri mungkin gag bisa. Kalo semua orang pada baik semua, pasti dunia aman, dan ujung-ujungnya penjara kosong.


Orang yang baik adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain

Rabu, 18 Agustus 2010

Sayang Jika di Buang

“Kau tak bosan menanam terus? Kau kan tahu bahwa tanah disini tak subur? Tetap saja kau tanam bunga itu. Rumah ini akan semakin semak bila kau terus menanam. ” ujar Mamak saat aku masih sibuk dengan bunga yang aku tanam.
“Mak, aku tak bisa hidup kalau aku disuruh berhenti menanam. Lagipun rumah kita akan lebih terlihat asri jadinya” jawabku setengah kesal.
“Memang. Tapi, buat apa kau memenuhi halaman rumah ini. Sedangkan kau tahu bahwa lemari makan kita masih kosong ?” kata Mamak berhasil menikam ulu hatiku.
Terbayang utang yang menjerat leher kedua orang tuaku untuk menyekolahkan aku dan adikku. Penghasilan Ayah yang hanya sebagai tukang membersihkan rumput di kebun kelapa sawit tidaklah cukup untuk menghidupi 4 orang. Terpaksa Mamak menjadi tukang cuci supaya kami bisa makan.
…………………..
Suara azan Subuh menggema saling sahut-menyahut. Ayah telah berangkat sejak pagi tadi. Mengayuh sepeda tuanya menyusuri jalan menuju areal perkebunan untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat tertinggal kemarin. Matahari semakin tinggi, jalan-jalan telah ramai di lewati kendaraan roda empat dan roda dua. Pasti mereka para manejer di perkebunan ini, gumanku. Saat mobil-mobil kelas mewah melintas depan rumahku.
Kulangkahkan kaki menuju kandang tempat lembu-lembu titipan orang. Aku siap untuk menggembalakan lembu-lembu mencari sarapan paginya. Andai lembu-lembu ini adalah punyaku, pasti aku akan lebih semangat.
Kubiarkan lembu-lembu ini bebas mencari rumput kesukaanya. Mataku masih sibuk mencari sosok lelaki tua pujaanku. Dimana Ayah ? Dari tadi aku tidak menemukannya. Mungkin ayah sudah terlalu masuk kedalam kebun pikirku.
Kusandarkan badanku kebatang pohon kelapa sawit. Mataku mengawasi lembu-lembu, namun pikiranku melayang. Hmm, aku dan keluargaku tak pernah berubah. Tetap berada di dalam kesederhanaan, bahkan kekurangan. Aku dan adikku harus sekolah. Ayah yang sebagai kuli semakin tua, tenaganya semakin hari semakin berkurang.
Aku tak ingin jadi kuli ! Aku disekolahkan ayah bukan untuk jadi pembantu ! Aku ingin jadi mereka, yang setiap hari lewat di depan rumahku mengendarai mobil mewah yang ditemani oleh supir pribadi !. Tak usahlah seperti itu, bisa menyekolahkan adik-adikku dan membahagiakan orang tua sudah cukup bagiku.
“Ucok..”, seseorang menepuk pundakku, menyadarkanku dari lamunan.
“Ah, ayahnya rupanya, bikin kaget saja ayah ini” jawabku setengah terkejut melihat kedatangan ayah yang tiba-tiba.
“Apa yang kau pikirkan bujangku ? Dari tadi ayah perhatikan kau diam saja”
“Tidak ada, Yah. Aku hanya sedikit berpikir. Ayah dari mana saja ? Aku mencari-cari ayah sejak pagi tapi tak terlihat, baru sekarang ayah datang.” tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Ayah dari dalam kebun, melanjutkan yang kemarin”
“Ohh..” aku menjawab sambil mengangguk kecil.
“Nak..”.
“ Iya,Yah. Ada apa ?” tanyaku pada Ayah, yang tiba-tiba memanggilku. Ayah diam sejenak sejak aku menjawab panggilan dia. Terdengar hembusan panjang nafas Ayah.
“Jangan pernah kau marah pada Allah. Dia tak akan mungkin tega melihat hamban-Nya menderita. Yang harus kita lakukan adalah sabar. Tak perlu kau khawatir, Allah tak pernah tidur..” kata Ayah padaku sambil menatap mataku lekat-lekat.
“Kau lihat dia, nak..” sambung Ayah sambil menunjuk ke sosok lelaki tua yang sedang mengumpulkan tandan kosong kelapa sawit di kebun seberang jalan tempat aku dan Ayah duduk.
“Dia sudah hampir 35 tahun bekerja sebagai pengumpul tandan kosong di perkebunan kelapa sawit. Apa kau tahu, gajinya lebih kecil dibandingkan ayahmu ini. Tapi dia tak pernah marah, malahan tiap hari dia selalu berguyon dengan ayah, seakan hidupnya jauh lebih baik dari sekarang. Ayah mu ini belum apa-apa.” kata Ayah padaku, setelah itu dia bangkit melangkah meningggalkanku dan kembali menuju kedalam kebun.
Aku masih memperhatikan bapak itu, usianya mungkin lebih tua dibandingkan Ayah. Tangan hitamnya masih sibuk menumpukkan tandan kosong yang di kumpulkannya. Sayang sekali, tandan itu pasti akan dibakar oleh perkebunan dan dijadikan mulsa. Apa tidak ada yang bisa dimanfaatkan dari tandan itu ? pikirku dalam hati.
…………………
“Mak, ucok pergi sekolah dulu ya” kataku pada Mamak yang masih sibuk masak di dapur.
SMA ku bukanlah besar, tapi cukup untuk menampung anak-anak kuli yang bekerja di perkebunan ini. Di kelas aku termasuk murid yang lumayan pintar, itu kata guruku. Bagiku tidak, diriku masih terlalu bodoh di bandingkan anak-anak kota yang pandangannya jauh lebih luas. Aku iri dengan mereka, mereka seperti tidak ada beban, mereka hanya disuruh bersekolah dan belajar dengan baik. Beda dengan kami, para anak kuli, yang harus berpikir bagaimana untuk makan besok, apa lauk untuk makan besok ? Atau masih adakah minyak lampu untuk masak Mamak ?.
Aku masih berjalan menuju rumahku. Keringat mengucur membasahi baju seragam yang sudah pudar warnanya. Matahari tepat di atas kepalaku, seakan tak malu-malu untuk menampakkan wajahnya, sinarnya yang panas menyengat ubun-ubun kepalaku. Panas sekali hari ini, dengusku. Kupercepat langkahku, aku tak ingin lebih lama di luar bersama matahari dan sinarnya.
Pintu rumah kubuka perlahan.. Rumah terasa lengang, tak kulihat Mamak atau si Luhut di rumah. Ya sudahlah, lebih baik aku makan dulu. Cacing di perut ku sudah koor dari tadi. Setelah itu, aku harus memberi makan para lembu itu.
Kuucapkan syukur dalam hatiku. Cacingku telah diam, setelah aku selesai makan. Kubawa piring bekas makan ke bak cuci piring, kucucikan sebentar. Setelah itu, aku melangkah ke luar rumah menuju kandang belakang.
Kuambil kayu kecil dan kubuka kandang lembu. Kugiring lembu-lembu ini ke kebun, berharap ada rumput yang bisa dimakan oleh lembu-lembu ini.
Kubiarkan lembu-lembu itu tanpa diikat, terserah mereka mau makan rumput yang mana. Aku duduk menyandarkan badanku ke pohon kelapa sawit. Mataku beralih pada Pak tua yang tak jauh dari tempat aku duduk. Dia masih asyik mengumpuli tandan kosong kelapa sawit yang tercecer di tanah, keringat nampak jelas mengalir di dahinya. Kudengar bibirnya bernyanyi kecil, melantunkan lagu batak, yang kurang aku mengerti artinya.
Setelah selesai, duduk dia di bawah pohon. Diambilnya handuk kecil dari kantongnya, diusapnya peluh yang mengalir. Sambil dikipas-kipasnya topi capit yang dikenakannya.
Bapak itu menoleh dan tersenyum padaku. Belum sempatku membalas senyumannya, matanya telah beralih lagi ke jalan raya.. Aku menoleh sejenak ke lembu-lembu yang belum berhenti mengunyah rumput dari tadi, kuhitung satu persatu, delapan ekor dan dua anaknya, lengkap semuanya.
Sejenak kutatap tandan yang dikumpulkan bapak itu. Tampak rumput tumbuh subur di tandan yang sedikit hancur menjadi tanah. Mungkin tandan ini sudah beberapa lama teronggok disini, hingga rumput tumbuh bebas, pikirku dalam hati. Aku melangkah meninggalkan kebun, kugiring lembu-lembu menuju rumahku yang tampak terang dari sini, hari sudah gelap ternyata.
Aku melangkah masuk kerumah. Ku lihat Ayah, Mamak dan Luhut berkumpul di ruang tamu yang tak seberapa besar ini. Kuteruskan langkahku menuju kamar mandi yang terletak paling belakang rumah. Aku ingin mandi, badanku sudah gerah setelah seharian keringat menempel di kulitku. Tak lupa aku shalat magrib setelah selesai kubersihkan badanku.
“Makan dulu, Cok.” ajak Ayah setelah selesai kulipat sajadah sembahyangku.
“Iya, Yah. Maaf Yah, aku telat pulang. Tadi lembunya sedikit rewel, tak mau di ajak pulang” jelasku pada Ayah sambil menyendokkan nasi ke piringku. Perutku ikut lapar setelah melihat lembu-lembu makan rumput.
“Ohh, ayah kira kau ketiduran di kebun tadi, Hahaha ..!” gurau Ayah. Aku, Mamak dan si Luhut tertawa mendengar ucapan Ayah. Makan malam kali ini masih sama, ikan asin goreng dengan rebusan dan tidak lupa sambal belacan buatan Mamak, sedap…
Malam semakin larut, mataku masih enggan untuk terlelap. Kupandangi asbes yang kusam karena masa. Pikiranku merawang teringat pada tandan kosong yang ditumbuhi oleh rumput sore tadi. Ruput itu begitu segar, padahal di daerah sini, paling susah menemukan rumput itu, paling-paling hanya ilalang. Kenapa bisa seperti itu ? Kenapa rumput itu hanya tumbuh di sekitar tandan itu saja ? Apa tanah di sekitar tandan itu subur ? Atau tandan kelapa sawit itu yang membuat rumput itu tumbuh subur ?.
“Gar, kau ada buku tentang kelapa sawit ?” tanyaku pada Togar, kawanku sejak kecil kesesokan harinya saat kami sedang duduk-duduk di halaman rumahku.
“Hah ? Untuk apa pula itu sama kau ? Mau nanam kelapa sawit kau ?” serang Togar padaku dengan pertanyaan-pertanyaan. Mukanya kaget mendengar perkataanku tadi.
“Bukan mau menanm kelapa sawit, tapi aku hanya ingin mengetahui apa ad manfaat dari limbah tandan kosong kelaps sawit itu” simpulku. “Ada tidak ?!” tanyaku lagi.
“Jangan marahlah kukira kau ingin menjadi juragan kelapa sawit.” canda Togar . “Ya sudahlah. Bentar, biar kuambil dulu bukunya dirumah”.
“Ah, gitulah ! Makasih kali ya ! Kau memang kawanku!”, sorakku pada Togar, kutepuk punggung dia. Alah! Sangking senangnya tenagaku sedikit berlebihan memukul dia.
Togar pun melangkah menuju rumahnya. Sambil menunggu kedatangannya kembali, kuambil kereta dorong berisi tandan kosong yang kuambil semalam dari kebun. Kutuangkan tandan itu ke tanah dan kuratakan dengan kedua tanganku.
“Bah! Sejak kapan kau mengumpulkan tandan itu, Ucok ?” tanya Togar yang heran sekembalinya dia dari rumah sambil mengepit buku yang ingin kupinjam. “Ini buku yang kau cari, Cok ? Tapi buat apa pula kau baca buku ini ?” tanya Togar lagi masih dengan keheranannya.
“Nanti kau bakal tahu sendiri. Sekarang kau lebih baik pulang saja. Aku ingin membaca buku ini”, ujarku sambil tersenyum ke arahnya. Togar pun menurut dan melangkah meninggalkan rumahku. Aku sudah sibuk dengan buku bacaan di depanku.
Ada hal baru yang ku dapatkan dari buku ini. Ternyata tandan kosong kelapa sawit banyak mengandung Kalium, dan setahuku kalau Kalium dapat menjadikan tumbuhan ‘kuat makan’. Bagai disengat listrik, aku disibukkan dengan hal baru ini . Apa yang bisa kubuat dari tandan kosong kelapa sawit ?. Berarti bila aku menanam dengan tandan ini, tanaman di rumahku akan lebih subur dari yang sekarang. Ide baru muncul dari pikirannku.
Bergegas aku bangkit dari dudukku. Kuambil segenggam tandan kosong yang utuh dan
kuletakkan di atas tanamanku. Sedikit kuatur letaknya agar terlihat lebih rapih. Setelah itu, kuambil air dari belakang, dan kusiram tanaman yang telah kuberi tandan kosong kelapa sawit. Aku tersenyum lebar atas apa yang kudapatkan hari ini, hatiku tak sabar menanti perkembangan pada semua tanaman yang telah kuberi tandan kelapa sawit
Telah dua minggu sejak kuletakkan tandan di setiap pot tanamanku namun, sampai sekarang perubahan tak kunjung muncul. Tanamanku tetap saja kurus bahkan ada yang mati pula. Aku bingung, Kenapa tandan itu tidak menyuburkan tanamanku ? Sedangkan dulu kulihat rumput tumbuh subur di atas tandan itu, apa ada cara-cara khusus untuk meletakkannya ? Tapi, kemarin tandan ini hanya teronggok saja. Otakku berputar mencari yang salah dari tandan ini. Atau hanya jenis tertentu yang dapat menyuburkan tanah ?
Kubaca kembali buku yang diberikan Togar, apa ada yang tertinggal kubaca? Lembar per lembar ku teliti. Tapi, tak kutemukan, semua telah tuntas kubaca. Aku semakin kacau, tak bisa kuselesaikan masalahku sekarang. Aku merasa berdosa karena telah membuat tanamanku mati. Ya Tuhan, maafkan aku karena telah menyiksa makhluk ciptaan-Mu, gumanku dalam hati.
Lelah aku berpikir tentang tandan dan tanamanku yang mati. Bersandar aku di depan pintu rumahku. Kutatap tandan kosong yang tinggal setengah. Pikiranku melayang saat aku melihat tandan ditumbuhi rumput yang kulihat di kebun dulu. Astaga ! Aku ingat apa yang kulupakan, rumput kemarin bisa tumbuh subur karena tandan sudah setengah lapuk dan berubah menjadi tanah. Sedangkan yang kuletakkan sekarang adalah tandan yang utuh, pantaslah tidak ada yang terjadi. Kupacu sepedaku ke rumah Togar. Aku ingin mendapatkan info lebih banyak dari seluruh buku kelapa sawit yang dipunya oleh ayah Togar saat ada pelatihan mengenai mengolah limbah organik tandan kosong kelapa sawit yang dilakukan oleh mahasiswa PKL dari Institut Pertanian Bogor dulu.
“Makasih ya, Gar . Buku ini akan kukembalikan setelah aku siap membacanya”, kataku saat dua buku tentang kelapa sawit kupinjam lagi.
“ Ya sudah. Asal kau kasih tahu samaku , untuk apa buku ini samamu ?” tanya Togar lagi karena pertanyaannya kemarin belum terjawabku.
“Aku ingin membuat pupuk dari TKKS , makanya aku pinjam buku tentang kelapa sawit.”, terangku pada Togar. Kepalanya mengangguk kecil mendengar jawabanku tadi. Aku pun sedikit aneh dengan ide yang kudapat tadi. Mudah-mudahan info yang kubutuhkan ada di buku ini, doa ku dalam hati.
Aku semakin bersemangat untuk membuat pupuk dari TKKS. Karena bahan yang digunakan aku tahu dan bisa kudapatkan dengan mudah. Dua minggu lagi aku akan benar-benar membuat kompos dari TKKS, sekarang ini aku hanya mengumpulkan tandan kosongnya dan kotoran lembu yang ada di belakang rumahku.
……………………
“Ucok ! Mamak semakin heran dengan tingkahmu. Untuk apa kau kumpulkan semua tandan kosong itu. Kau yang bilang, kau ingin rumah kita asri, tapi kau letakkan juga tandan itu di halaman belakang ! Entah untuk apa samamu !” , Mamak marah padaku, karena aku memang tak pernah menjelaskan apa yang ingin aku kerjakan. Aku takut, bila semuanya gagal, aku akan lebih di marahi lagi.
“Udahlah, Mak. Mamak jangan marah-marah, nanti akan aku beritahu mamak” , belaku atas kemarahan Mamak. Akhirnya dengan diakhirin dengan dengusan kesal, Mamak meninggalkanku yang masih asyik mencacah tandan kelapa sawit. Untuk mempercepat pekerjaanku, ku panggil si Togar untuk membantuku.
Menunggu Togar selesai mencacah tandan, kuambil kotoran lembu yang akan ditumpukkan bersama. Aku dan Togar meratakan tandan yang sudah setengah hancur karena di cacah, setelah rata, giliran kotoran lembu kuratakan di atas cacahan tandan kosong kelapa sawit ini.
Saat Togar sibuk meratakan kotoran lembu, aku mengambil cairan Microorganism Decomposer 71 atau sering orang bilang MOD 71, yang sudah kucampur dengan air dan kudiamkan dalam satu malam. MOD 71 ini kugunakan agar aku bisa meikmati pupuk ini lebih cepat. Kusiram seluruh tumpukan tandan dan kotoran dengan larutan MOD 71 hingga tumpukan ini jadi basah,
Hari ini aku dan Togar menyelesaikan tiga tumpukan tinggi tandan dan kotoran lembu yang setiap tumpukannya di basahi oleh larutan MOD 71. Pekerjaan kami selesai hari ini. Tinggal tunggu saat kami harus mengaduk dan memberi larutan MOD 71 lagi tumpukan ini setiap 7 hari sekali, supaya tumpukan tandan dan kotoran lembu ini tetap basah dan proses pembuatan pupuk ini bisa berhasil.
“Cok, kau yakin dengan yang kau lakukan ini ?”, tanya Togar saat kami istirahat di bawah pohon di belakang rumahku,
“Entah, Gar. Tapi janganlah kau doakan ini tak berhasil. Kita hanya tinggal tunggu sampai tumpukan itu jadi kompos TKKS.”
Kurasan angin bertiup lembut menerpa wajahku. Tak terasa senja telah datang kembali, menyuruh matahari untuk kembali ke paruduannya. Togar telah kembali kerumahnya tadi. Aku masih belum beranjak dari tempat dudukku.

……………………..




“Ucok, kemari kau bentar.” panggil Mamak saat kami siap makan malam.
“Iya, Mak . Ada apa ?”
“ Tolong kau jelaskan untuk apa tumpukan tandan dan kotoran lembu yang tadi sore kau kerjakan dengan si Togar” mata mamak sedikit membuatku takut. Sepertinya Mamak marah karena aku tak pernah memberitahu kepada Mamak tentang apa yang kukerjakan saat ini.
“Aku membuat pupuk dari TKKS, Mak.” , jelasku singkat.
“Alamak ! Buat apa pula kau membuat pupuk, hah ? Kau pikirkan sekolah mu bagus-bagus ?! Jangan kau kerjakan yang bukan-bukan!” gerang Mamak kesal karena tahu aku membuat kompos.
“Mak, aku buat kompos itu karena aku berharap bisa membatu Mamak dan Ayah membiayai sekolah aku dan si Luhut” , jawabku setengah berteriak pada Mamak. Aku sedikit kesal karena Mamak marah sebelum tahu tujuan aku mengerjakannya.
Mendengar jawaban yang kuberikan, Mamak setengah kaget. Di tatapnya mataku lekat-lekat. Kemudian mamak segera masuk kekamar. Kutunggu beberapa saat, namun Mamak tak kunjung keluar dari kamar. Ayah dan Luhut pun menyusul masuk kamar. Tinggal aku sendiri di di ruangan tengah ini.
Kujatuhkan badan dikursi. Kuhembuskan nafas panjang. Kenapa tiba-tiba dadaku sesak dan mataku sedikit perih menahan air mata yang ingin jatuh. Hatiku merasa bersalah karena telah membentak Mamak. Aku sempat melihat matanya sedikit berkaca-kaca saat mendengar jawaban dariku. Ya Tuhan, maafkan aku, aku tak sengaja memarahi Mamak, terasa tetes air mata jatuh di pipiku.
Sudah beberapa kali aku mengaduk tumpukan TKKS ini, dan tumpukan ini sudah hancur. Berarti aku berhasil mebuat kompos TKKS. Sekarang, aku ambil sedikit kompos TKKS dan kuletakkan di atas tanah yang kutanam bunga, seperti biasa setelah itu kusiran kembali tanah yang telah kucampur oleh kompos TKKS.
Tak sampai dua minggu , aku sudah mendapatkan kepuasaan, karena pupuk yang kubuat bekerja dengan baik. Bunga yang kuletakkan kompos TKKS tumbuh segar dan terlihat sangat subur. Aku bersorak kesenangan, usahaku selama ini ternyata tidak sia-sia.
Pekerjaan selanjutnya yang harus kuselesaikan adalah menawari pupuk-pupuk ini ke rumah-rumah orang. Berharap ada yang tertarik membelinya.
Kuambil beberapa karung kecil ukuran lima kilogram dari laci lemari dapur. Kumasukkan kompos TKKS ke dalamnya. Aku mengkira-kira berat setiap karungnya, agar semua karung punya berat yang sama. Setelah itu, karung berisi kompos TKKS itu aku ikat kuat dengan tali plastik. Selesai sudah, sekarang aku letakkan karung-karung ini kedalam kereta dorong. Aku bersiap untuk menjualnya.
Aku bernazar pada Allah, bila pupuk ini laku terjual, uangnya akan kubelikan sebuah jilbab untuk Mamakku, yang sempat kumarahi dulu. Aku ingin menembus dosaku padanya. Mak, maafkan aku, akan kuberikan Mamak jilbab, pasti Mamak akan lebih cantik mengenakannya, gumanku dalam hati.
Hatiku bersorak riang. Jalan panjang yang harus kutempuh terasa begitu ringan. Matahari pun bersahabat denganku hari ini, cerah namun tak begitu panas, Allah pun memberikan hembusan angin untuk menemani perjalananku.


14, Agustus 2010
 

(c)2009 note pad. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger